Mei 22, 2012

Nothing good happens after 2 AM


Hello all! Whatsssuuppp~
It’s been a long time since my last post yang bahkan gue udah gak inget apa bentuk dan isinya. I know I wrote this many times but seriously, this time I’m so BM to write this again in this prologue part of post: It feels so nice to open my laptop, click Google chrome icon, type blogspot.com, open my Go-blog account, and write all the unimportant things that happened recently in my life again. Hah!!
How’s thing going evribadeeh?
For those who already found lovers, I wish you a happy Saturday night this weekend.
For those who are doing assignments, I wish you a very good mark for those sleepless nights.
And for those who just had supper, I wish you lose all those fat by this morning.
Amen.

Anyway, Sekarang waktu laptop bagian Suriamas gue sudah menunjukan pukul 03.02 pagi. As usual, kalau gue masih terjaga sampai jam 3 pagi, just like what Ted says,
“There is nothing good happens after 2 AM.”
Kalau sudah jam segini, biasanya gue sudah tidak bisa tidur, tidak kondusif dalam belajar, tidak menikmati berpacaran, melihat penampakan, dan menjadi galau. These will then lead me to the time zone which I called, “Waktu Dewi Ria bagian Berpikir.” This time zone usually forces me to use a little space in my brain. A space I don’t always use. A space that asks me to put a little bit concern about my personal life. Aseddaaapp.

So just now, I was thinking of what have I done since I arrived in Kuala Lumpur airport last year.
Apa saja yang sudah gue dapatkan semenjak gue hidup sendiri di kota ini.
Also what I suppose to do in terms of enhancing myself while I still have a chance to stay here.
Berat memang topik pembicaraan go-blog pada pagi yang gelap ini. Berat sampai gue tidak tau apa yang mau gue tulis. Bagaikan ibu-ibu yang sedang bergosip awut-awutan sampai melupakan suami dan anak-anak mereka yang sudah susah-susah bangun pagi untuk mengantar ke tempat arisan, semua hal di kepala gue berkumpul menjadi satu kesatuan dan sulit diuraikan.
Namun, bukan Go-blog namanya kalau gue tidak mampu menjelaskan ke-absurd-an isi kepala gue.
Dan bukan Go-blog namanya kalau gue menjelaskan dengan kata-kata yang sesuai dengan norma adat istiadat dan mudah dimengerti manusia normal.

Baiklah, about things I have done, I realized that I have become an integrated version of a person since I live here. Ibaratnya sekarang gue sedang menjadi Bezita, tapi versi super saiya dengan rambut kuning dan berdirinya.
Setidaknya gue sudah agak lebih bisa menggunakan bahasa inggris, walaupun grammar masih suka seenaknya.
Setidaknya gue sudah lebih bisa menahan emosi, sampai Annisa Ramadhani pun bingung gue gak marah ketika ada wanita tidak dikenal memancing perkelahian via twitter.
Dan setidaknya gue sudah tahu bahwa roti gandum yang sudah kadaluwarsa 1 minggu masih aman dimakan dan tidak mematikan.

About things I have gotten, man, that would beat my Financial Institutions and Monetary Theory assignment word limit to describe.
Intinya, banyak sekali yang gue dapatkan dan mungkin tidak akan bisa gue dapat kalau gue masih tinggal di Jakarta. For instance: pacar yang baik hati dan penyayang juga pengasih dan berbahasa melayu. Tak kan lah I boleh dapat boyfriend macam ni masa I dekat Jakarta kan?
Being in a relationship with a local gives me the opportunities such as do a daily conversation in 3 languages (English, Indonesian, and Melayu), learn about Malaysian culture, and to be loved by someone who still tried his best to listen to my story when he was falling asleep.

However, we’re not living in a perfect world. 
Nothing good happens after 2 AM, though you might get the best at 1.
What I want to say is all good things must bring bad things as well in the end of the day.
This is what we called “The Opportunity Cost”. Unfortunately, the opportunity cost in my situation, charges me an enormous amount.

To be able to speak English well, you cannot just flip your hand and suddenly kerasukan setan bule dan berbicara English dengan logat british (read: Bri’ish). It’s a long process needed, especially when you’re an Indonesian yang tidak pernah berbicara dan menulis inggris selain di high school, itu pun gurunya saja tidak tahu bahasa inggrisnya ‘kacang hijau’.
Maka itu lah, I swear I’ve tried my best untuk membiasakan diri berbahasa inggris setiap hari, yang akhirnya membuat gue kehilangan jati diri at the same time.
Ini maksudnya bukan gue tiba-tiba jadinya ngomong bahasa inggris dengan logat bri’ish dan lupa berbahasa Indonesia. Ini maksudnya, karena gue tiap hari berbicara menggunakan bahasa 3in1, akhirnya kacau balau sudah semuanya. Mending kalau semua bahasanya betul. Ini masalahnya bahasa 3in1 yang gue gunakan setiap harinya adalah bahasa-bahasa yang tidak bisa dicampur adukan, dilanjutkan gue memakai asas seenaknya dalam mengaplikasikanya. Bentuknya bagaikan Titanic yang menabrak batu karang jadinya: jelek.

This is why I use a combination of English-Indo language in this post.
It’s not that I want to confuse you guys who are reading this post. But I seriously confused myself as well when I type all this shit.
I can’t even write a story in a good Indonesian language anymore now. Mengenaskan memang.
I swear, untuk post Go-blog kali ini, gue sudah me-paraphrase-kannya agar tidak tercampur aduk dengan bahasa melayu, kalau tak, lagi lah you tak kan paham.

This language problem also leads to other problems such as lack of confidence and a humor sense decrease. Bayangkan, laki gue sampai gak percaya kalau dulu gue selalu menjadi MC dalam beberapa acara akbar bertaraf nasional dan internasional (iya bangett~) karena gue ngomong di telefon saja tidak becus. Cussss~

Yeah. So much lack of confidence.
Wearing a 5-year-old boy t-shirt and short when opened the ceremony
of biggest event in campus.

Yah begitulah kisah sedih di rabu pagi ini.
Waktu laptop bagian Suriamas ini sudah menunjukan pukul 06.41 saat ini.
I believe even if there’s nothing good happens after 2 AM, there will be time that good things might have chance to happen.
Maybe after 6?
Good mor-night everyone J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar